Jakarta Pjsbabel.com — Dengan nada teduh namun penuh makna, Brigadir Jenderal TNI (Purn) dr Ismi Purnawan menyatakan dirinya mundur dari bursa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Pangkalpinang 2025. Keputusan itu bukan tanpa pergolakan, melainkan hasil dari realitas politik yang tak kunjung memberi ruang bagi dirinya untuk maju sebagai calon kepala daerah. Selasa (1/7/2025).
Kepada jejaring media KBO Babel, dr Ismi mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada para relawan, simpatisan, dan masyarakat Pangkalpinang yang telah memberinya kepercayaan selama masa penjajakan politik. Namun, karena tidak mendapatkan satu pun rekomendasi partai politik sebagai syarat pencalonan, ia memilih untuk legawa dan pamit dari kontestasi.
“Terima kasih banyak, saya mohon maaf, saya sudah sempat berkompetisi. Ya, mungkin inilah yang terbaik untuk kita semua. Saya pamit, dan saya percaya Allah memberi yang terbaik, baik untuk saya maupun untuk masyarakat Pangkalpinang,” ujarnya tulus.
Sebelumnya, Ismi telah menyampaikan pesan serupa lewat akun media sosial pribadinya, dengan latar musik lagu “Terima Kasih Sudah Bertahan” dari Ghea Indrawari—sebuah bentuk elegan dalam menyampaikan perpisahan kepada pendukungnya.
“Postingan itu sebagai bentuk penghormatan dan ucapan terima kasih saya kepada relawan dan masyarakat. Tanpa mereka, saya bukan siapa-siapa,” tuturnya.
Namun di balik ucapan terima kasih yang hangat, Ismi tak menutupi getirnya realitas politik yang ia hadapi. Ia menggambarkan dinamika penjajakan ke partai politik sebagai pengalaman yang membuka matanya terhadap keras dan tak terduganya arena kekuasaan.
“Kadang-kadang saya tertawa sendiri. Saya merasa seperti pengemis politik—kesana kemari mencari kepercayaan partai. Tapi saya bersyukur, saya tidak menjadi pelacur politik,” katanya dengan nada tegas, menegaskan bahwa integritas tetap ia jaga selama proses berlangsung.
Sebagai mantan dokter kepresidenan sekaligus perwira tinggi militer, Ismi mengaku banyak belajar dari dunia politik praktis yang jauh dari kebiasaan birokratis dan disiplin ilmu yang selama ini ia tekuni.
“Politik ini sekolah yang luar biasa. Tidak saya temui di dunia kedokteran, apalagi militer. Ini tentang realitas sosial, kompromi, dan kepentingan,” ungkapnya.
Meski gagal melaju ke tahap pendaftaran pasangan calon pada 26-28 Juni 2025, Ismi menyebut keputusan itu sebagai bagian dari kehendak Yang Maha Kuasa. Ia menolak larut dalam kekecewaan, dan tetap mendoakan yang terbaik bagi kota kelahirannya.
“Kalau kita orang beragama, kita percaya ini jalan yang terbaik. Saya seperti air mengalir. Sebagai prajurit, saya akan tetap bertahan sampai titik penghabisan, sampai ada perintah mundur. Tapi saya yakin, Allah lebih tahu mana yang terbaik buat saya,” katanya.
Lebih jauh, Ismi juga menyentil kondisi politik lokal yang menurutnya belum dewasa dan masih sangat transaksional. Ia menyebut praktik politik saat ini ibarat “dagang sapi”—penuh tawar-menawar dan kompromi pragmatis yang jauh dari semangat idealisme demokrasi.
“Banyak transaksi terjadi. Saya tidak munafik, inilah realitasnya. Sayangnya, politik kita belum sampai pada titik yang sehat, santun, dan beretika,” ujarnya lugas.
Ismi mengaku dirinya sudah berupaya membangun komunikasi dengan berbagai partai politik, tanpa membedakan besar atau kecil. Namun, sebagai bukan kader partai, ia menyadari posisinya lemah secara struktural.
“Saya datangi semua partai. Bahkan yang kecil pun saya ajak bicara. Tapi ya, saya bukan orang partai. Pendekatan saya tetap dengan niat baik dan terbuka,” jelasnya.
Kini, setelah langkah politiknya terhenti, Ismi menegaskan tetap akan menjadi bagian dari Pangkalpinang. Ia tidak kecewa, tidak dendam, dan justru berharap dari proses ini akan lahir pemimpin-pemimpin terbaik.
“Saya tetap mendukung. Apapun yang terjadi, saya tetap putra daerah. Saya yakin, Pangkalpinang akan mendapatkan pemimpin yang bukan hanya baik menurut politik, tapi juga baik menurut rakyat dan ridha Tuhan,” pungkasnya. (Red/Pjsbabel)
Leave a Reply