BANGKA BARAT PJSBABEL.COM— Di bawah langit jingga Desa Tebing, saat waktu Ashar baru saja berlalu, dentuman keras memecah ketenangan. Kamis (31/07/2025) sore itu, tepat di depan Warung Makan 3 Bersaudara, terjadi sebuah kecelakaan beruntun yang melibatkan tiga kendaraan roda empat. Satu orang dilaporkan tewas di tempat, dan sejumlah lainnya mengalami luka-luka.
Tiga kendaraan sebuah truk, mobil Ford Ranger, dan sebuah minibus putih mengalami kerusakan parah, sebagian nyaris tak berbentuk lagi. Tabrakan beruntun ini menjadi salah satu tragedi paling mengejutkan yang terjadi di jalur utama penghubung Pangkalpinang-Muntok dalam beberapa bulan terakhir.
Kronologi peristiwa memilukan ini diceritakan oleh satu-satunya saksi mata di lokasi, seorang pria berinisial S, pengemudi truk yang tengah melaju dari Pangkalpinang ke arah Muntok.
“Saya pelankan kendaraan karena mau masuk ke rumah makan. Saya nyalakan sein, pastikan jalanan aman, lalu saya belok ke kanan,” kata S saat diwawancarai di lokasi kejadian.
Namun, baru beberapa detik ia memasuki halaman parkir, sebuah truk bermuatan solar melaju kencang dari arah Mentok. Diduga pengemudi truk tersebut kehilangan kendali, sehingga membanting setir ke kanan, langsung memasuki jalur berlawanan dan menghantam dua kendaraan sekaligus—Ford Ranger dan minibus yang tengah melaju dari arah Pangkalpinang.
“Suara benturannya keras sekali. Saya kaget, langsung menoleh ke belakang, tapi semuanya sudah terjadi begitu cepat,” ujar S dengan nada masih terguncang.
Benturan keras itu mengakibatkan kerusakan parah di semua kendaraan. Truk pengangkut solar ringsek di bagian depan, tangkinya bocor, dan solar meluber ke seluruh badan jalan. Mobil Ford Ranger juga mengalami remuk total di bagian depan, sementara minibus putih rusak parah kaca depan pecah, dan bodi kendaraan terlipat.
Suasana di lokasi berubah menjadi darurat. Warga yang berada di sekitar segera berhamburan, bukan untuk menonton, tetapi untuk membantu. Tanpa komando, mereka berusaha menyerap genangan solar yang mengancam keselamatan pengguna jalan lainnya.
“Kalau dibiarkan, jalan bisa makin licin dan bisa makan korban lagi,” ujar Rudi, salah satu warga yang ikut mengamankan lokasi.
Mobil minibus yang paling parah kondisinya segera dievakuasi oleh pihak kepolisian menggunakan mobil derek. Sementara dua kendaraan lainnya diamankan di pinggir jalan. Aparat kepolisian dari Polsek Kelapa juga langsung turun ke lapangan untuk mengatur lalu lintas, mengamankan lokasi, dan memulai olah Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Hingga saat ini, polisi masih berjaga di lokasi. Kapolsek Kelapa menyampaikan bahwa pihaknya sedang melakukan pendataan dan investigasi, termasuk mengonfirmasi identitas korban dan memastikan jumlah korban jiwa maupun luka.
Tragedi ini bukan hanya soal tabrakan dan kerusakan kendaraan. Di baliknya, ada keluarga yang kehilangan, ada trauma yang tertinggal, dan ada nyawa yang tak akan kembali. Jalan raya bukan tempat adu cepat. Di atas setiap setir, ada tanggung jawab besar yang harus dijaga.
Kecelakaan ini menjadi alarm keras bagi para pengemudi, khususnya kendaraan berat yang membawa bahan berbahaya seperti solar. Kecepatan tinggi, kelelahan, atau sedikit kelalaian dapat berujung pada kehilangan yang tak terbayar.
Masyarakat Desa Tebing hari itu belajar satu hal penting: kesadaran dan kepedulian bisa menyelamatkan nyawa. Respons cepat warga yang bahu-membahu mencegah tumpahan solar menjalar lebih luas mungkin telah mencegah kecelakaan susulan.
Kini, sisa solar yang masih menyerap di tanah, dan jejak rem di aspal, menjadi saksi bisu dari tragedi sore itu. Warung Makan 3 Bersaudara yang biasa ramai, sore itu hanya menyisakan diam.
Tragedi di Tebing adalah cermin. Bahwa keselamatan di jalan bukan hanya soal rambu, tapi soal sikap. Setiap pengendara memegang takdir hidup bukan hanya untuk dirinya, tapi juga bagi orang-orang yang tak bersalah di sekitarnya. (Red/Pjsbabel)
Leave a Reply